"Tujuh golongan yg akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya di hari tdk ada naungan kecuali naungan-Nya.
1. Pemimpin yg adil,
2. Pemuda yg sentiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya,
3. Orang yg hatinya sentiasa berpaut pada masjid-masjid
4. Dua orang yg saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah,
5. Seorang lelaki yg diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yg cantik utk melakukan kejahatan tetapi dia berkata, 'Aku takut kepada Allah',
6. Seorang yg memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yg diberikan oleh tangan kirinya dan
7. Seseorang yg mengingati Allah di waktu sunyi sehingga mengalirlah air mata dr kedua matanya" (HR. Bukhari & Muslim)
"Dari Abu Hurairah 'Abdurrahman Bin Shakhr RA, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula melihat rupamu tetapi Allah melihat hatimu." (HR. Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah dia mengucapkan Laa Haula wa laa quwwata illa bil-laahil 'aliyyil-'azhiim' (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha Tinggi lagi Maha Agung" (H.R Baihaqi dan Ar Rabi'i)
Allah menyembunyikan ridha-Nya di dalam kebaikan. Maka jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun. Karena kita tidak akan pernah tahu kebaikan yang mana yang mendapat ridha Allah.
Tutuplah pintu-pintu masuk Syaithan, yaitu: sombong, marah, makan berlebihan, berhias bukan untuk suami/istri, mengumpul-ngumpulkan harta, iri, dengki, dan syirik.
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu. (Al Baqarah : 45).
Cari Blog Ini
Rabu, 19 Januari 2011
TOBATNYA SEORANG PEMBUNUH
Dulu pernah teman ana bertanya ma ana , apakah seseorang melakukan dosa yang besar bisa di ampuni bila bertobat,,,,????? Kemudian ana menjawab dosanya akan di ampuni asalkan taubatny TANBATAN NASUHA,,, dalam arti taubatnya benar-benar taubat dan tidak akan melakukan dosa tersebut ke dua kalinya dan menyesali pebuatan tersebut serta berjanji untuk tidak melakukan dosa tersebut sampai akhir hayat ,,,, dalam kitab RIYADUSH SHOLIHIN ada sebuah hadits yang menceritakan tentang taubatnya seorang pembunuh , berikut kisahnya : Dari Abu Said Al khudri r.a. Bahwasannya nabi Nabi SAW bersabda “ zaman dahulu ada seorang pembunuh yang telah membunuh korbannya sebanya jumlah ASMAUL HUSNA yaitu 99 orang , kemudian orang tersebut bertanya kepada penduduk negeri “ siapa ulama’ yang paling alim di negeri ini????? Maka di tunjukkan ke seorang Rahib ( penfeta yahudi ) kemudian di datangi rahib tersebut sambil mengatakan bahwa dia telah membunuh 99 orang kemudian bertanya apakah ppintu taubat masih terbuka bagi ku ???, jawab Rahib TIDAK maka di bunuhlah rahib tersebut , maka genaplah pembunuhannya 100 orang .
Kemudian bertanya lagi kepada penduduk “ siapa ulama’ di negeri ini ? maka di tunjukkan kepadanya ulama’ yang alim , ia menceritakan kepada orang ailm tersebut bahwa dirinya telah membunuh 100 korban , kemudian bertannya pakah pintu taubat masih terbuka atau tidak ????? jwb ulm’ “ ya selalu terbuka pintu taubat selamnya tidak pernah tertutup , Siapa yang sanggup menutup pintu taubat bagi anda ? pergilah ke negeri Anu karena di sana penduduknya menyembah Allah . sembahlah Allah bersama mereka dan janganlah kembali ke negeri anda ?, karena negeri anda telah rusak ”.
Kemudian pergilah orang itu ke negeri yang di tunjukkan o.eh ulma’ tersebut , setengah perjalanan tiba-tiba orang itu meninggal , maka bertengkarlah malikat rahmat dengan malaikat adzab , kata malaikat rahmat “ orang ini telah taubat dan dia sedang menghadap dengan hatu yang kapada Allah SWT”. Kata malikat adzab “ dia belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun “ . tiba-tiba datang seorang malaikat dengan dengan rupa manusia , kemudian dia berdiri di tengah mereka dan berkata “ ukurlah jarak kedua negeri itu kemana yang lebih dekat bawalah dia kesitu “ setelah di ukur ternyata yang lebih dekat ialah negeri yang di tujunnya , maka di bawalah dia oleh malikat rahmat” . ( H.R Muslim )
Kemudian bertanya lagi kepada penduduk “ siapa ulama’ di negeri ini ? maka di tunjukkan kepadanya ulama’ yang alim , ia menceritakan kepada orang ailm tersebut bahwa dirinya telah membunuh 100 korban , kemudian bertannya pakah pintu taubat masih terbuka atau tidak ????? jwb ulm’ “ ya selalu terbuka pintu taubat selamnya tidak pernah tertutup , Siapa yang sanggup menutup pintu taubat bagi anda ? pergilah ke negeri Anu karena di sana penduduknya menyembah Allah . sembahlah Allah bersama mereka dan janganlah kembali ke negeri anda ?, karena negeri anda telah rusak ”.
Kemudian pergilah orang itu ke negeri yang di tunjukkan o.eh ulma’ tersebut , setengah perjalanan tiba-tiba orang itu meninggal , maka bertengkarlah malikat rahmat dengan malaikat adzab , kata malaikat rahmat “ orang ini telah taubat dan dia sedang menghadap dengan hatu yang kapada Allah SWT”. Kata malikat adzab “ dia belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun “ . tiba-tiba datang seorang malaikat dengan dengan rupa manusia , kemudian dia berdiri di tengah mereka dan berkata “ ukurlah jarak kedua negeri itu kemana yang lebih dekat bawalah dia kesitu “ setelah di ukur ternyata yang lebih dekat ialah negeri yang di tujunnya , maka di bawalah dia oleh malikat rahmat” . ( H.R Muslim )
MENCARI TEMAN KE SYURGA
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Teman yang baik adalah anugerah yang tidak ternilai daripada Allah. Teman yang baik penunjuk jalan, penguat langkah dan azam, pendamping yang akan selalu mengingatkan untuk bersungguh-sungguh berusaha membuat bekal negeri abadi. Manusia yang lemah seperti kita tentunya memerlukan teman, untuk berkongsi suka dan duka, untuk mengingatkan kala terleka, untuk menemani kala beramal ibadat agar lebih bersungguh-sungguh, demi bersama meraih syurgaNya. Seorang Nabi Allah, Nabi Musa AS pun memerlukan teman lantas baginda berdoa kepada Allah agar mengurniakan teman penguat langkah, teman ke syurga.
"Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, iaitu (Harun), saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepadaMu, dan banyak mengingatiMu, sesungguhnya Allah Maha Melihat Keadaan kami" (20:29-35)
Kisah Nabi Musa memohon teman dari Allah untuk membantu menguatkannya membuktikan betapa kita sebagai manusia sangat memerlukan teman untuk menemani dalam urusan hidup seharian dan juga untuk sama-sama beribadat kepada Allah. Bukankah seorang anak Adam itu akan lebih bersungguh-sungguh mengejar redhaNya dan meningkatkan segala amal apabila mempunyai teman yang seiring dan sejalan?
Saidina Umar mengatakan, "Tiada satu kebaikan pun yang dianugerahkan kepada seorang hamba sesudah Islam, selain saudaranya yang soleh. Apabila seseorang di antara kamu merasakan sentuhan kasih sayang dari saudaranya, maka hendaklah ia berpegang kepadanya" Malah, Saidina Umar meminta kita 'berpegang kepadanya', iaitu bermakna tidak melepaskan dan menghargai teman tersebut kerana kita sebenarnya dianugerahkan kebaikan yang sangat besar apabila dikurniakan teman yang soleh.
Namun, berusahakah kita untuk menjadi teman ke syurga kala mencari teman ke syurga? Jadikah kita sahabat yang baik yang sentiasa mengajak teman kita kepada kebaikan, yang sentiasa mengingatkan teman kita akan janji-janji Allah, yang menunjukkan kepada teman kita qudwah yang baik? MENJADI TEMAN KE SYURGA Menjadi teman ke syurga dan mencari teman ke syurga, segalanya hanya berlaku apabila asasnya didasari taqwa yang kuat. Taqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dengan ketaqwaan yang layak bagiNya.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepadaNya" (3:102)
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita untuk membiarkan hati kita berusaha keras mencapai taqwa menurut batas kemampuan yang ada pada dirinya. Setiap kali ia mendekat kepada Allah dengan ketaqwaan maka akan terbukalah hatinya untuk berusaha mencapai kedudukan yang lebih tinggi dari apa yang telah dicapainya, dan merindukan derajat yang ada di atas apa yang telah diraihnya lalu selalu memandang ke arah kedudukan yang lebih tinggi lagi.
Muhammad Ahmad Rasyid mengatakan "ketinggian itu hanya boleh diraih dengan kelelahan", memberitahu kepada kita bahawa kita perlu berusaha bersungguh-sungguh utk mendapat derajat ketinggian taqwa di sisi Allah. Apa kaitan taqwa dan teman ke syurga? Taqwa dalam diri sahaja yang akan mendorong seseorang mencari teman ke syurga, menemaninya dalam kehidupan siang harinya, mendampinginya dalam ibadah malamnya. Dan seseorang yang benar-benar meletakkan taqwanya kepada Allah sahaja akan bersungguh-sungguh (sehingga kelelahan tetapi) terus ingin meningkatkan darjatnya di sisi Allah dan dia benar-benar memerlukan teman untuk menguatkan urusan siang dan malamnya, sebagai hamba, dan khalifah. Ciri taqwa ini akan menjadikan dirinya sendiri adalah seorang teman ke syurga, lantas dia layak untuk mendapat teman ke syurga yang hanya didapati melalui anugerah dari Allah. Teman yang akan sentiasa mengingatkan, tatkala kelelahan, akan janji yang menjadi asas perhubungan ini, asasnya hanya kerana Allah, lantas itu kita menjadi "menjadi teman ke syurga".
Kita bertemu atas kesungguhan dan ikrar kita pada jalan Allah, dan perpisahan kita pun hanyalah kerana Allah juga kerana walau apapun matlamat kita hanya satu, meraih syurgaNya. "Didiklah diri kamu kepada cinta pada Allah, bermula pada diri kamu. Tingkatkan penghayatan diri kamu pada cinta pada Allah, berusaha membaiki dan meningkatkan diri kamu menjadi hamba Allah yang lebih taat, nescaya kamu akan menjadi teman ke syurga dan Allah akan mengurniakanmu teman ke syurga."
Marilah sejenak kita mengambil pengajaran dari Hadith Qudsi, dari Allah, Pencipta dan Pemilik kasih sayang dan cinta, yang menitipkan kasih sayang antara hati-hati, yang mengekalkan ikatan antaranya, yang memperteguhkan janji ikrar mereka untuk menjadi 'teman ke syurga', mencari redhaNya yang Esa, Pemberi Segalanya, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "CintaKu (Allah) mesti bagi orang-orang yang saling mencintai kerana Aku(Allah), CintaKu (Allah)mesti bagi orang-orang yang saling bersilaturahim kerana Aku (Allah), CintaKu (Allah) mesti bagi orang yang saling menasihati kerana AKu (Allah), CintaKu mesti bagi orang-orang yang saling mengunjungi kerana Aku (Allah), CintaKu (Allah) mesti bagi orang-orang yang saling memberi kerana Aku (Allah)" (Hadith Qudsi) Lihatlah betapa Allah menjanjikan cintaNya yang Maha Agung kepada "teman ke syurga". Besarnya kemuliaan Allah janjikan kepada mereka yang mendasari perhubungan kerana sama-sama mau mengejar redhaNya, menjadi teman ke syurga lantas dikaruniakan teman ke syurga.
Yu,,,,, perbaiki diri !
Teman yang baik adalah anugerah yang tidak ternilai daripada Allah. Teman yang baik penunjuk jalan, penguat langkah dan azam, pendamping yang akan selalu mengingatkan untuk bersungguh-sungguh berusaha membuat bekal negeri abadi. Manusia yang lemah seperti kita tentunya memerlukan teman, untuk berkongsi suka dan duka, untuk mengingatkan kala terleka, untuk menemani kala beramal ibadat agar lebih bersungguh-sungguh, demi bersama meraih syurgaNya. Seorang Nabi Allah, Nabi Musa AS pun memerlukan teman lantas baginda berdoa kepada Allah agar mengurniakan teman penguat langkah, teman ke syurga.
"Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, iaitu (Harun), saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepadaMu, dan banyak mengingatiMu, sesungguhnya Allah Maha Melihat Keadaan kami" (20:29-35)
Kisah Nabi Musa memohon teman dari Allah untuk membantu menguatkannya membuktikan betapa kita sebagai manusia sangat memerlukan teman untuk menemani dalam urusan hidup seharian dan juga untuk sama-sama beribadat kepada Allah. Bukankah seorang anak Adam itu akan lebih bersungguh-sungguh mengejar redhaNya dan meningkatkan segala amal apabila mempunyai teman yang seiring dan sejalan?
Saidina Umar mengatakan, "Tiada satu kebaikan pun yang dianugerahkan kepada seorang hamba sesudah Islam, selain saudaranya yang soleh. Apabila seseorang di antara kamu merasakan sentuhan kasih sayang dari saudaranya, maka hendaklah ia berpegang kepadanya" Malah, Saidina Umar meminta kita 'berpegang kepadanya', iaitu bermakna tidak melepaskan dan menghargai teman tersebut kerana kita sebenarnya dianugerahkan kebaikan yang sangat besar apabila dikurniakan teman yang soleh.
Namun, berusahakah kita untuk menjadi teman ke syurga kala mencari teman ke syurga? Jadikah kita sahabat yang baik yang sentiasa mengajak teman kita kepada kebaikan, yang sentiasa mengingatkan teman kita akan janji-janji Allah, yang menunjukkan kepada teman kita qudwah yang baik? MENJADI TEMAN KE SYURGA Menjadi teman ke syurga dan mencari teman ke syurga, segalanya hanya berlaku apabila asasnya didasari taqwa yang kuat. Taqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dengan ketaqwaan yang layak bagiNya.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepadaNya" (3:102)
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita untuk membiarkan hati kita berusaha keras mencapai taqwa menurut batas kemampuan yang ada pada dirinya. Setiap kali ia mendekat kepada Allah dengan ketaqwaan maka akan terbukalah hatinya untuk berusaha mencapai kedudukan yang lebih tinggi dari apa yang telah dicapainya, dan merindukan derajat yang ada di atas apa yang telah diraihnya lalu selalu memandang ke arah kedudukan yang lebih tinggi lagi.
Muhammad Ahmad Rasyid mengatakan "ketinggian itu hanya boleh diraih dengan kelelahan", memberitahu kepada kita bahawa kita perlu berusaha bersungguh-sungguh utk mendapat derajat ketinggian taqwa di sisi Allah. Apa kaitan taqwa dan teman ke syurga? Taqwa dalam diri sahaja yang akan mendorong seseorang mencari teman ke syurga, menemaninya dalam kehidupan siang harinya, mendampinginya dalam ibadah malamnya. Dan seseorang yang benar-benar meletakkan taqwanya kepada Allah sahaja akan bersungguh-sungguh (sehingga kelelahan tetapi) terus ingin meningkatkan darjatnya di sisi Allah dan dia benar-benar memerlukan teman untuk menguatkan urusan siang dan malamnya, sebagai hamba, dan khalifah. Ciri taqwa ini akan menjadikan dirinya sendiri adalah seorang teman ke syurga, lantas dia layak untuk mendapat teman ke syurga yang hanya didapati melalui anugerah dari Allah. Teman yang akan sentiasa mengingatkan, tatkala kelelahan, akan janji yang menjadi asas perhubungan ini, asasnya hanya kerana Allah, lantas itu kita menjadi "menjadi teman ke syurga".
Kita bertemu atas kesungguhan dan ikrar kita pada jalan Allah, dan perpisahan kita pun hanyalah kerana Allah juga kerana walau apapun matlamat kita hanya satu, meraih syurgaNya. "Didiklah diri kamu kepada cinta pada Allah, bermula pada diri kamu. Tingkatkan penghayatan diri kamu pada cinta pada Allah, berusaha membaiki dan meningkatkan diri kamu menjadi hamba Allah yang lebih taat, nescaya kamu akan menjadi teman ke syurga dan Allah akan mengurniakanmu teman ke syurga."
Marilah sejenak kita mengambil pengajaran dari Hadith Qudsi, dari Allah, Pencipta dan Pemilik kasih sayang dan cinta, yang menitipkan kasih sayang antara hati-hati, yang mengekalkan ikatan antaranya, yang memperteguhkan janji ikrar mereka untuk menjadi 'teman ke syurga', mencari redhaNya yang Esa, Pemberi Segalanya, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. "CintaKu (Allah) mesti bagi orang-orang yang saling mencintai kerana Aku(Allah), CintaKu (Allah)mesti bagi orang-orang yang saling bersilaturahim kerana Aku (Allah), CintaKu (Allah) mesti bagi orang yang saling menasihati kerana AKu (Allah), CintaKu mesti bagi orang-orang yang saling mengunjungi kerana Aku (Allah), CintaKu (Allah) mesti bagi orang-orang yang saling memberi kerana Aku (Allah)" (Hadith Qudsi) Lihatlah betapa Allah menjanjikan cintaNya yang Maha Agung kepada "teman ke syurga". Besarnya kemuliaan Allah janjikan kepada mereka yang mendasari perhubungan kerana sama-sama mau mengejar redhaNya, menjadi teman ke syurga lantas dikaruniakan teman ke syurga.
Yu,,,,, perbaiki diri !
HIKMAH SHALAT MALAM
Di antara ibadah sunah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW adalah shalat malam (Tahajud). Rasulullah mengerjakannya hingga kedua telapak kaki beliau bengkak-bengkak. Tahajud merupakan ibadah yang disyariatkan sebagai rahmat, tambahan kebaikan, dan keutamaan (QS Al-Muzzammil [73]: 1-4).
Shalat Tahajud menjadi jalan hidup dan amalan rutin bagi orangorang saleh (HR Tirmidzi); orangorang besar (takwa) (QS AdzDzariyat [51]: 17-18); 'Ibadurrahman (QS Al-Furqan [25]: 64); dan menjadi salah satu ciri orang-orang yang memiliki kesem purnaan iman (QS As-Sajdah [32]: 16-17).
Selain menjadi sumber energi keimanan, shalat Tahajud memiliki banyak manfaat yang dapat dirasa kan secara langsung oleh orang orang yang melaksanakannya.
Pertama, menjaga kesehatan. Sabda Nabi SAW, "Lakukanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari per buatan dosa, penghapus kesalah an, dan pencegah segala penyakit dari tubuh."
Kedua, merawat ketampanan atau kecantikan. "Barang siapa yang banyak menunaikan shalat malam, maka wajahnya akan terlihat tampan/cantik di siang hari." (HR Ibnu Majah).
Ketiga, meningkatkan produktivitas kerja. "Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata: `Malam masih panjang, maka tidurlah.' Jika orang tadi bangun lalu berzikir kepada Allah SWT, maka terlepas satu ikatan, jika dia berwudhu, maka terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika dia melaksanakan shalat, maka terlepas semua ikatannya.
Pada akhirnya, dia akan menjadi segar dengan jiwa yang bersih. Jika tidak, dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas." (HR Bukhari).
Keempat, mempercepat tercapainya cita-cita dan rasa aman. "Ketahuilah sesungguhnya Allah tertawa terhadap dua orang lakilaki: Seseorang yang bangun pada malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu dan melakukan shalat. Allah SWT berfirman kepada para MalaikatNya, "Apa yang mendorong hambaKu melakukan ini?" Mereka menjawab, "Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya apa yang ia harapkan (cita-citakan) dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan." (HR Ahmad).
Kelima, melembutkan hati yang keras. Dari Abu Hanifah, "Saya tidak lebih dari satu ayat yang saya baca ketika melakukan shalat malam." Satu ayat tersebut dibaca berulang-ulang semalam suntuk, "Sesungguhnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit." (QS Al-Qamar [54]: 46). Karena itu, bersegeralah untuk menunaikan shalat Tahajud dan raih manfaatnya (balasannya) (QS As-Sajdah [32]: 17). Wallahu a'lam.
Shalat Tahajud menjadi jalan hidup dan amalan rutin bagi orangorang saleh (HR Tirmidzi); orangorang besar (takwa) (QS AdzDzariyat [51]: 17-18); 'Ibadurrahman (QS Al-Furqan [25]: 64); dan menjadi salah satu ciri orang-orang yang memiliki kesem purnaan iman (QS As-Sajdah [32]: 16-17).
Selain menjadi sumber energi keimanan, shalat Tahajud memiliki banyak manfaat yang dapat dirasa kan secara langsung oleh orang orang yang melaksanakannya.
Pertama, menjaga kesehatan. Sabda Nabi SAW, "Lakukanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari per buatan dosa, penghapus kesalah an, dan pencegah segala penyakit dari tubuh."
Kedua, merawat ketampanan atau kecantikan. "Barang siapa yang banyak menunaikan shalat malam, maka wajahnya akan terlihat tampan/cantik di siang hari." (HR Ibnu Majah).
Ketiga, meningkatkan produktivitas kerja. "Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata: `Malam masih panjang, maka tidurlah.' Jika orang tadi bangun lalu berzikir kepada Allah SWT, maka terlepas satu ikatan, jika dia berwudhu, maka terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika dia melaksanakan shalat, maka terlepas semua ikatannya.
Pada akhirnya, dia akan menjadi segar dengan jiwa yang bersih. Jika tidak, dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas." (HR Bukhari).
Keempat, mempercepat tercapainya cita-cita dan rasa aman. "Ketahuilah sesungguhnya Allah tertawa terhadap dua orang lakilaki: Seseorang yang bangun pada malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu dan melakukan shalat. Allah SWT berfirman kepada para MalaikatNya, "Apa yang mendorong hambaKu melakukan ini?" Mereka menjawab, "Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya apa yang ia harapkan (cita-citakan) dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan." (HR Ahmad).
Kelima, melembutkan hati yang keras. Dari Abu Hanifah, "Saya tidak lebih dari satu ayat yang saya baca ketika melakukan shalat malam." Satu ayat tersebut dibaca berulang-ulang semalam suntuk, "Sesungguhnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit." (QS Al-Qamar [54]: 46). Karena itu, bersegeralah untuk menunaikan shalat Tahajud dan raih manfaatnya (balasannya) (QS As-Sajdah [32]: 17). Wallahu a'lam.
Investasi Waktu
Mu'az bin Jabal ra berkata Rasulullah saw bersabda, ''Penghuni surga itu tidak akan pernah merasa menyesal terhadap sesuatu pun kecuali terhadap waktu yang meninggalkan mereka yang tidak mereka isi dengan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla.'' [HR At-Thabrani].
Manusia tumbuh mulai dari kandungan sampai dewasa melalui lintasan-lintasan waktu. Ketika tua manusia mulai sadar bahwa hidupnya tinggal menunggu beberapa tahun. Dengan kondisi seperti itu, ia mulai giat beribadah, menyesali betapa sedikit amal yang bisa dilakukan.
Semuanya cukup terlambat untuk memperbaiki diri atau mencari ilmu walaupun hadis Rasulullah mengatakan, ''Carilah ilmu dari sejak buaian sampai liang lahat.'' Memang usia tidak membatasi seseorang dalam melakukan perbaikan diri dan menuntut ilmu, namun akan sedikit ilmu yang teraih dibandingkan menuntut ilmu sejak dini.
Waktu memiliki sifat irreversible [tidak pernah kembali], untransfersible [tidak bisa dipindahkan kepada orang lain], unsubstitution [tidak tergantikan oleh apa pun], dan unpayable [tak dapat dibeli].
Seorang yang sudah tua tidak bisa menjadi remaja lagi. Barang hilang bisa diganti dengan uang. Kekayaan dan kemewahan hancur dapat diperoleh kembali dengan usaha. Tapi waktu pergi hendak ke mana dicari penggantinya? Kepemilikan harta dari orang mati dapat dipindahkan kepada hak warisnya. Namun waktu hanya dimiliki tiap individu di mana masing-masing berbeda tak mungkin dipindahtangankan kepemilikannya. Baju dicuri akan 'kembali' dengan membeli yang baru. Namun, tak ada seorang pun yang dapat membeli masa mudanya yang sudah pergi.
Satu-satunya aset terbesar yang dimiliki manusia hanyalah waktu. Waktu atau kesempatan tidak terjadi dua kali. Mumpung berkesempatan masih muda, mempunyai jabatan tinggi dan uang banyak marilah kita beramal. Kelak ketika mata telah kabur, usia telah uzur, dekat liang kubur janganlah segalanya menjadi bubur.
Rasulullah mengingatkan, ''Ada dua nikmat yang banyak di antara manusia itu justru merasa merugi karenanya; kesehatan dan kekosongan.'' [HR Bukhari]. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.
Manusia tumbuh mulai dari kandungan sampai dewasa melalui lintasan-lintasan waktu. Ketika tua manusia mulai sadar bahwa hidupnya tinggal menunggu beberapa tahun. Dengan kondisi seperti itu, ia mulai giat beribadah, menyesali betapa sedikit amal yang bisa dilakukan.
Semuanya cukup terlambat untuk memperbaiki diri atau mencari ilmu walaupun hadis Rasulullah mengatakan, ''Carilah ilmu dari sejak buaian sampai liang lahat.'' Memang usia tidak membatasi seseorang dalam melakukan perbaikan diri dan menuntut ilmu, namun akan sedikit ilmu yang teraih dibandingkan menuntut ilmu sejak dini.
Waktu memiliki sifat irreversible [tidak pernah kembali], untransfersible [tidak bisa dipindahkan kepada orang lain], unsubstitution [tidak tergantikan oleh apa pun], dan unpayable [tak dapat dibeli].
Seorang yang sudah tua tidak bisa menjadi remaja lagi. Barang hilang bisa diganti dengan uang. Kekayaan dan kemewahan hancur dapat diperoleh kembali dengan usaha. Tapi waktu pergi hendak ke mana dicari penggantinya? Kepemilikan harta dari orang mati dapat dipindahkan kepada hak warisnya. Namun waktu hanya dimiliki tiap individu di mana masing-masing berbeda tak mungkin dipindahtangankan kepemilikannya. Baju dicuri akan 'kembali' dengan membeli yang baru. Namun, tak ada seorang pun yang dapat membeli masa mudanya yang sudah pergi.
Satu-satunya aset terbesar yang dimiliki manusia hanyalah waktu. Waktu atau kesempatan tidak terjadi dua kali. Mumpung berkesempatan masih muda, mempunyai jabatan tinggi dan uang banyak marilah kita beramal. Kelak ketika mata telah kabur, usia telah uzur, dekat liang kubur janganlah segalanya menjadi bubur.
Rasulullah mengingatkan, ''Ada dua nikmat yang banyak di antara manusia itu justru merasa merugi karenanya; kesehatan dan kekosongan.'' [HR Bukhari]. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.
Langganan:
Postingan (Atom)